Pengembangan Ekowisata melalui Pembangunan Pusat Informasi Mangrove (PIM) di Desa Tanjung Batu

 

Foto : Ilustrasi Mangrove di Lokasi Proyek

Pengelolaan kawasan atau lahan merupakan hal penting untuk menjaga keberlanjutan kawasan tersebut. Salah satu kunci dalam pengelolaan kawasan adalah bagaimana pengelolaan yang dilakukan dapat menjamin keberlanjutan. Untuk dapat menjamin keberlanjutan tersebut, perlu dilakukan perencanaan pengelolaan, monitoring pelaksaan dan juga perlu dilakukan adanya prasarana yang cukup serta Sumber Daya Manusia yang mumpuni untuk melakukan pengelolaan tersebut.

Dalam sebuah pengelolaan yang juga menjadi kunci penting adalah keterlibatan masyarakat. Masyarakat harus menjadi pelaku utaman pengelolaan kawasan tersebut, sehingga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat. Keterlibatan masyarakat ini juga perlu didukung dengan kemampuan masyarakat, baik dalam hal kapasitas tehnis pengelolaan, cara pandang dan cara pikir masyarakat serta kemampuan masyarakat berorganisasi atau mengelola lembaga pengelola tersebut agar sebuah kawasan tetap terjamin keberlanjutanya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Salah satu model pengelolaan kawasan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan kawasan adalah dengan Ekowisata. Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Dalam proyek yang dikerjakan Konsorisum Javlec Indonesia didukung oleh MCA-Indonesia, pengembangan Ekowisata di Desa Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan menjadi bagian dari proyek yang diharapkan mampu solusi keberlanjutan pengelolaan kawasan mangrove yang ada, baik dari aspek konservasi, pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat serta aspek pembelajaran masyarakat.

Desa Tanjung Batu merupakan salah satu di kecamatan Pulau Derawan dan merupakan pintu masuk wisatawan untuk menuju Pulau Derawan. Desa ini merupakan kampung yang besar dan menjadi ibukota Kecamatan Pulau Derawan dan terletak pada koordinat N 2˚17’18,7 – E 118˚06’08,7” dengan total luas kawasan 2.982,59 km2 yang terdiri dari ekosistem darat dan perairan. Sebagian besar (80, 66%) kawasan merupakan kawasan perairan, yaitu wilayah ekosistem pesisir. Ekosistem Darat yang mencakup beberapa ekosistem hutan yang ada, sedangkan Ekosistem Laut yang mencakup Ekosistem Terumbu karang, lamun dan beberapa ekosistem yang lain, dan Ekosistem Peralihan yang terdiri dari beberapa Ekosistem Hutan Mangrove.

Foto : Jenis-jenis fauna mangrove di Tanjung Batu

Taman Pesisir Kepulaun Derawan telah ditetapkan melalui SK Bupati Berau No. 516 tahun 2013 yang direvisi dengan SK Bupati Berau No. 202 tahun 2014 tentang pencadangan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai Taman Pesisir Kepulaun Derawan Kabupaten Berau seluas 285.266 Ha Penetapan Taman Pesisir Kepulaun Derawan sesuai dengan visi Kabupaten Berau sebagai “Daerah unggulan di bidang agribisnis, tujuan wisata dan energi terkemuka untuk kesejahteraan masyarakat”. Visi Taman Pesisir Kepulauan Derawan adalah “ terwujudnya Taman Pesisir Kepulauan Derawan yang menjamin kelestarian ekosistem pesisir dan laut guna menunjang pariwisata dan kesejahteraan masyarakat”

Misi Taman Pesisir Kepulaun Derawan adalah Mengatur tata guna wilayah pesisir dan laut secara efektif dan mengembangkan upaya pemanfaatan sumberdaya di Taman Pesisir Kepulauan Derawan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, Membangun kapasitas kelembagaan dan fungsi kawasan Taman Pesisir Kepulauan Derawan, Menerapkan sistem pengelolaan Taman Pesisir Kepulauan Derawan secara kolaboratif yang melibatkan para pemangku kepentingan dan Meningkatkan partisipasi masyarakat pesisir dalam rangka mendukung pengelolaan Taman Pesisir Kepulauan Derawan dan pariwisata berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

Foto : Lokasi Mangrove Desa Tanjung Batu

Proyek yang dikerjakan Konsorsium Javlec Indonesia sejalan dengan Program Pemerintah Daerah dalam pengelolaan pesisir. Pengembangan Ekowisata di Desa Tanjung Batu ini diharapkan mampu menjadi daya tarik wisatawan yang ingin ke Pulau Derawan dengan harapan wisatawan melakukan kunjungan ke Ekowisata Mangrove yang ada di Desa Tanjung Batu. Desa Tanjung Batu menjadi salah satu tujuan wisata yang ingin ke Pulau Derawan. Pengembangan Ekowisata Mangrove ini juga akan dilengkapi dengan Pembangunan Pusat Informasi Mangrove (PIM) di Desa kampung Batu.

Pembangunan PIM ini sangat didukung oleh Pemerintah, baik Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa. Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Perikanan dan kelautan Kab. Berau dengan memberikan lahan untuk dibangun Pusat Informasi Mangrove. Lokasi peruntukan PIM tersebut juga telah disurvey bersama Pemerintah Desa Tanjung Batu.

Survey lokasi calon lahan untuk pembangunan Pusat Informasi Mangrove di lakukan di Kampung Tanjung Batu oleh Team pengukur yang terdiri dari Team Javlec, Jala, pengelola Mangrove dan di saksikan oleh Kepala Kampung Tanjung Batu. Survey lokasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran lokasi dan dalam rangka membuat peta lokasi Pusat Informasi Mangrove. Lokasi Pusat Informasi Mangrove ditetapkan seluas 1 ha dari 5 ha lokasi yang di sediakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau melalui surat nomer Nomer 523/E2/IIII/2016 memberikan dukungan pada program yang akan dilaksanakan di kampong Tanjung Batu, program tersebut antara lain; Pembangunan Pusat Informasi Mangrove, Pembangunan Track Mangrove dan program pengembangan Ekowisata di Kampung Tanjung Batu.

Dalam survey lokasi tersebut dilakukan pengukuran lahan untuk pembangunan Pusat Informasi Mangrove. Selain mengukur lahan untuk lokasi pembangunan Pusat Informasi Mangrove juga di laksanakan kegiatan survey lokasi mangrove antara lain survey lokasi yang akan dijadikan lokasi track dan lokasi yang akan di jadikan menara pandang/ gardu pandang sebagai salah satu fasilitas yang akan dibangun selain gedung Pusat Informasi Mangrove. Selain survey lokasi calon lahan untuk pembangunan Pusat Informasi Mangrove team juga survey habitat penghuni mangrove, karena menurut cerita penduduk setempat masih banyak hewan-hewan yang menghuni hutan mangrove, seperti Buaya, Monyet ekor panjang, Monyet coklat dan Bekantan serta buruh-burung yang belum terhitung jumlahnya. Nantinya diharapkan Ekowisata mangrove ini dapat menjadi alternative wisata selain pantai di Kecamatan Derawan sehingga mampu memberikan pendapatan daerah.