Social Entrepreneur, Model Kalibiru

“Wirausaha Sosial merupakan perubahan sosial pada komunitas masyarakat dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek sosial. Bukan semata mencari keuntungan semaksimal mungkin, namun juga tetap berpegang pada budaya lokal dan sosial kemasyarakatan.”

Awalnya petani hutan, saat ini menjadi pengusaha wisata Kalibiru. Sejumlah 106 petani hutan yang mengelola wana wisata 2 hektar dari 29 hektar  lahan HKm di Petak 29 RPH Sermo, Kulon Progo.

Transformasi tersebut tidaklah instan. Rentang tahun 2003-2011 adalah dinamika mencari bentuk nilai jual dan promosi wana wisata Kalibiru. Baru tahun 2012, Wana Wisata Kalibiru mulai dikenal dan dikunjungi banyak wisatawan. Tercatat lebih dari 400 ribu pengunjung pada tahun 2012.

Seiring dengan era digital yang ditandai dengan semaraknya media sosial (facebook, twitter, instagram), menjadikan wana wisata Kalibiru semakin dikenal ke kalayak umum. Generasi milenial yang selalu ingin eksis dan menunjukkan identitas adalah pengunjung terbanyak.

Dengan semakin banyak pengunjung, “memaksa” kelompok tani Mandiri berkonsentrasi pada pelayanan jasa dan pengelolaan wisata. Pikiran dan tenaga tercurah untuk pengelolaan  wana wisata.  Lambat laun, bercocok tanam mulai ditinggalkan.

Saat ini lebih dari 100 orang ikut terlibat dalam pengelolaan wana wisata. Mulai dari tukang parkir, penarik tiket, tenaga kebersihan, juru foto, tenaga administrasi, tenaga keuangan,dan lain sebagainya. Kaum muda juga banyak terserap sebagai tenaga kerja.

Pendapatan dari wana wisata dapat menghidupi anggota-anggota kelompok tani Mandiri. Bahkan ada prosentase bantuan untuk: dana pendidikan, sumbangan yatim piatu dan orang tua jompo, perbaikan rumah keluarga miskin, perbaikan jalan desa, bantuan kelompok-kelompok tani hutan di sekitarnya (6 KTH), dan bantuan ke desa. Bukan hanya itu, anggaran untuk pengembangan wisata di sekitarnya juga diberikan kepada kelompok  masyarakat.

Sebagai pengusaha wana wisata, dituntut untuk mempertahankan pendapatan atau justru meningkatkan pendapatan. Ini merupakan tantangan bagi Bapak Sis Parjan dan rekan-rekannya dalam kelompok tani Mandiri.

Dihadapkan pada persaingan wana wisata yang semakin ketat di Yogyakarta dan sekitarnya. Banyak bermunculnya spot-spot wisata, tempat foto selfie, dan wisata unik. Ini juga mengharuskan untuk menciptakan kreasi-kreasi baru di wana wisata Kalibiru.

Chris Bannet - Gantole

Transformasi dari petani menjadi pengusaha patut diteladani. Tidak banyak contoh keberhasilan dari sebuah bisnis komunitas. Lebih banyak contoh gagal dari sebuah bisnis komunitas. Seperti:  tokoh penggerak yang justru berbisnis sendiri, keuangan kelompok yang tidak transparan, pengelola yang tidak betah, tidak efisien, terus merugi, dan lain sebagainya. (ewn)