Javlec, Menghijaukan Batuan Karst Gunungkidul

penghijauan karst

Hamparan bebatuan karst dan pohon-pohon  Jati yang meranggas menjadi pemandangan yang selalu berulang di musim kemarau. Cuaca panas memaksa penduduk  di kawasan karts itu berusaha untuk  memperoleh  air bersih guna  keperluan sehari-hari.

Bagaimana tidak? Tampungan air hujan di rumah-rumah sudah mulai menipis, sementara air telaga sudah kering. Untuk memenuhi kebutuhannya, penduduk membeli air tangki. Biasanya penduduk memerlukan 2-3 tangki air selama musim kemarau untuk satu keluarga, dengan harga sekitar 150 ribu rupiah per 5.000 liter.

Kondisi seperti itu saat ini sudah mulai berkurang. Di beberapa tempat, muncul mata air baru atau mata air lama dengan debit air yang meningkat. Hal itu karena kondisi hutan yang semakin baik. Membutuhkan waktu puluhan tahun untuk memulihkan kondisi tersebut, sekitar tahun 1980-an Penduduk dan Pemerintah Gunungkidul memulai menghijaukan kawasan-kawasan tandus.

Kondisi seperti itu adalah fenomena alam yang hampir terjadi di semua tempat. Fenomena perubahan iklim perlu disikapi dengan mitigasi dan adaptasi.  Mitigasi dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang meminimalkan dampak atas perubahan iklim. Adaptasi perubahan iklim dilakukan dengan menyesuaikan kegiatan-kegiatan manusia terhadap perubahan cuaca dan iklim.

Javlec ikut berkontribusi  dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Sebagai sebuah aksi nyata, Javlec memulai dengan proyek “Mitigasi Berbasis Lahan pada Kawasan Karst, DAS Kritis, dan Kawasan Konservasi di Kabupaten Gunungkidul”.

plakat proyek

Proyek kerjasama antara Yayasan Javlec Indonesia dan ICCTF tersebut diselenggarakan di 20 desa di Gunungkidul. Proyek dilakukan selama 24 bulan pada  April 2016 – Maret 2018.

Tentunya, dukungan pemerintah kabupaten dan partisipasi masyarakat desa membuahkan hasil yang membanggakan. Di antaranya, terfasilitasinya penyusunan rencana kelola hutan, penambahan stock karbon melalui penanaman, dan menginisiasi kebijakan lokal dalam konteks mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Berdasarkan baseline data, proyek ini telah mampu menambah stock karbon sebesar 5,55 Ton C/Ha atau  meningkatkan  karbon dari 34,01 Ton C/Ha menjadi 39,56 Ton C/Ha. Ini dilakukan dengan menanam bibit pohon sebanyak 64.800 batang untuk jenis Jati dan jenis buah-buahan. Kawasan penanaman meliputi luasan 2.400 hektare yang tersebar di Hutan Rakyat, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, dan Hutan Tanaman Rakyat. Selain itu, penanaman juga dilakukan di sekitar telaga, Sempadan DAS Oya, Kawasan Pantai.

Untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hutan, proyek ini memfasilitasi penyusunan rencana kelola di hutan rakyat dan di hutan negara yang dikelola oleh masyarakat.  Rencana kelola berisi tindakan-tindakan kehutanan yang akan dilakukan selama 10 tahun ke depan, di antaranya: penanaman, pemeliharaan, pemanenan atau pemanfaataan pohon dan kawasan hutan. Tentunya, dilandasi dengan pertimbangan-pertimbangan teknis kehutanan yang profesional, ramah dengan budaya lokal, dan responsif terhadap perubahan iklim.

Rencana kelola di kawasan hutan negara yang dikelola oleh masyarakat, proyek ini juga bekerjasama dengan Dinas Kehutanan  Provinsi dan Balai KPH Yogyakarta. Hal ini agar rencana kelola  pada tingkat kelompok/koperasi pengelola hutan dapat sinkron dengan rencana pengelolaan hutan pada tingkat KPH.

public hearing tata ruang desa

Untuk menjamin keberlanjutan hasil-hasil proyek, Javlec mendorong inisiasi kebijakan lokal terkait dengan mitigasi perubahan iklim. Pada tingkat desa, melalui  penyusunan tata ruang desa dan pembentukan RPJM Desa di 20 desa.  Pada tingkat kabupaten didorong kebijakan daerah, dimulai dengan penyusunan naskah akademis mengenai upaya mitigasi dikaitkan dengan tata ruang daerah dan public hearing dengan DPRD dan pemerintah kabupaten.

Kontribusi Javlec dan ICCTF dengan kerjasama parapihak tersebut dapat mengupayakan langkah-langkah konkrit dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tentunya, dampak langkah-langkah tersebut diharapkan akan dirasakan oleh masyarakat ke depan.

Tandon air dalam mata air dan  telaga akan semakin baik melalui penyimpanan air tanah oleh akar-akar pepohonan hutan. Juga, didukung oleh masyarakat yang sadar lingkungan (ewn).