Akar Penyebab Kerentanan di Kampung Tanjung Batu

Akar penyebab kemiskinan ini disusun masyarakat dalam sebuah pertemuan yang difasilitasi tim kajian dengan melibatkan berbagai unsur termasuk di dalamnya perwakilan perempuan dan perwakilan dari masyarakat miskin.

Analisis masalah rentan miskin difokuskan pada persoalan penghasilan dari penangkapan ikan sebagai basis pendapatan masyarakat kampung ini. (Permasalahan kerentanan di Tanjung Batu dapat dibaca pada permasalahan di artikel sebelumnya).

Akar Penyebab Rentan Miskin di Tanjung Batu
Akar Penyebab Rentan Miskin di Tanjung Batu

Merujuk pada analisis rentan miskin yang dikembangkan masyarakat tampak bahwa ada bebearpa faktor yang tidak dapat diselesaikan oleh Pemerintah Kampung seperti faktor cuaca dan faktor BBM karena kedua faktor tersebut di luar kemampuan dan kewenangan pemerintah kampung. Oleh karena itu, kedua faktor ini tidak akan dibahas lebih lanjut.

Terlepas dari kedua faktor tersebut, hasil analisis pohon masalah terkait masalah rentan miskin dapat menunjukkan adanya 3 kelompok masalah yang menyebabkan rentan miskin di Kampung Tanjung Batu yaitu :

  1. Kurangnya pendapatan karena banyaknya nelayan pesaing yang menggunakan alat tangkap lebih canggih dan terbatasnya akses nelayan untuk memperoleh modal. Wilayah perairan Tanjung Batu dapat diakses oleh banyak orang baik itu nelayan sekitar kecamatan Pulau Derawan maupun dari Tanjung Redeb. Sayangnya nelayan tidak memiliki rumpon yang bisa dijadikan sarang ikan karena pembuatan rumpon mahal dan tidak ada dana untuk pembuatan rumpon tersebut.
  2. Lemahnya kemampuan masyarakat untuk mengelola keuangan keluarga. Sebagaimana telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, pendapatan masyarakat nelayan sesungguhnya bisa dikatakan besar, bahkan melebihi angka UMP yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Kaltim. Akan tetapi penghasilan dan hasil menangkap ikan ini selalu habis dikonsumsi pada hari itu juga tanpa ada tabungan dan atau investasi dalam jumlah yang cukkup. “Jika sudah tidak uang, nelayan baru pergi ke laut mencari ikan. Laut seperti ATM“, kata Basri seorang nelayan yang menjadi informan kunci dalam kajian ini.
  3. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan serta lemahnya pengawasan dan aparat terhadap praktek penggunaan alat menangkap ikan yang ramah lingkungan. Salah satu alat penangkap ikan yang tidak ramah dan masih sering digunakan nelayan adalah bom. Dampak penggunaan bom untuk menangkap ikan tidak terbatas pada ikan tetapi juga merusak terumbu karang, tumbuhan dan biota laut lainnya sehingga membahayakan lingkungan hidup dan kelestarian sumber pendapatan masyarakat nelayan sendiri dalam jangka panjang.

Berpijak pada ketiga pernyataan masalah tersebut peserta FGD kemudian merumuskan strategi program dan kegiatan yang ditujukan untuk menaggulangi masalah rentan miskin di Kampung Tanjung Batu. Secara lengkap, strategi, program dan kegiatan penanggulangan masalah rentan kemiskinan akan dijelaskan pada artikel berikutnya.