Jalur Rimbun di Atas Laut Teluk Alulu

Belasan anak dan orang dewasa terlihat sedang bermain di gerbang masuk track mangrove yang sedang di bangun. Ada yang sekedar duduk-duduk, ada pula beberapa anak bahkan masuk sampai ke lokasi proyek. Proyek ini bertujuan menjadi pilihan wisata di Tanjung Batu. Selain menyajikan keindahan mangrove di Tanjung Batu, kawasan ini juga akan menjadi tempat informasi bagi siapa saja yang akan belajar tentang mangrove.

Kemarin sore banyak warga yang ingin masuk ke lokasi, tapi hanya saya ijinkan sampai batas dermaga, karena track mangrove masih dalam pengerjaan.

Pak Wel memulai pembicaraan tentang perkembangan pembangunan track mangrove. Dia adalah ketua JALA (Jaringan Nelayan) di Tanjung Batu yang menjadi mitra Javlec dalam program pembangunan kawasan wisata. Keterlibatan JALA dalam proyek track mangrove adalah menjadi penghubung antara masyarakat dan Javlec. Selain itu juga melakukan pengorganisasian bagi warga Tanjung Batu ketika akan ada pelatihan olahan makanan dan BUMK.

Track mangrove merupakan sesuatu yang baru bagi warga Tanjung Batu. Mulanya mereka bertanya-tanya untuk apa, namun kini sudah mulai terlihat antusiasnya terhadap proyek ini. Beberapa warga terkadang memaksa masuk sampai ke ujung track, karena tidak sabar ingin melihat hutan mangrove dari dekat. Selama ini yang masuk ke hutan mangrove hanya beberapa nelayan, itupun yang memarkir sampannya di kawasan hutan mangrove. Rasa penasaran warga pelan-pelan direndam agar warga lebih bersabar masuk kawasan sampai pembangunan track selesai. Selain menghambat keluar masuk pekerja proyek, ini juga membahayakan karena track belum jadi, belum ada pembatas atau pengaman di tepian track.

Lokasi Mangrove

Awal mula mengenal potensi hutan mangrove adalah ketika pak Wel dan kepala kampung berkesempatan studi banding ke Sumatera. Di sana dia sempat jalan-jalan di kawasan hutan mangrove melalui track yang disediakan oleh pengelola kawasan. Pengalaman tersebut yang kemudian membuat pak Wel termasuk anggota JALA yang lain, yang merupakan bagian dari konsorsium. Kepala kampung juga menerima kemudian terlibat dalam proyek pembangunan track mangrove di Tanjung Batu. Sembari menunggu proyek selesai, pemerintah kampung mulai membentuk BUMK (Badan Usaha Milik Kampung) untuk mengelola potensi wisata mangrove. Pengurus BUMK masih terus dilibatkan dalam pelatihan guna menambah kapasitas mereka dalam mengelola kawasan wisata.

Dalam perumusan ekowisata ini, Javlec lebih melibatkan kepengurusan kampung. pelibatan banyak orang dan dari beragam lembaga bukanlah pekerjaan mudah. Semakin banyak orang yang dilibatkan dan semakin panjang durasi program tentu teknis pelaksanaannya akan semakin rumit. Tahapan rumit ini dilewati Javlec di awal program, yakni tentang bagaimana melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah agar mendukung program pengembangan ekowisata di kawasan Tanjung Batu. Kegiatan di awal program lebih diisi dengan aktivitas sosialisasi ke pemerintah daerah, pemerintah kecamatan dan pemerintah kampung. Bentuk sosialisasi yang dilakukan berupa FGD (Forum Group Discussion) membahas tentang perencanaan SDM dan teknis pembangunan track mangrove.

Program yang meninggalkan material fisik berupa peralatan dan bangunan memang rentan memicu konflik setelah program berakhir. Hal tersebut yang berusaha dihindari oleh Javlec. Sebelum program ini berjalan, Javlec memberikan pelatihan agar teknis pelaksanaan pariwisata bisa berkelanjutan setelah Javlec sudah tidak mendampingi. Materi yang dianggap penting adalah tentang bagaimana menyusun kerangka bisnis pariwisata di masing-masing lokasi program.

Javlec sengaja tidak mencari tenaga kerja dari wilayah program untuk pembangunan track mangrove, namun melibatkan kontraktor agar bangunan dikerjakan secara profesional. Penduduk lokal lebih dipersiapkan untuk membuat dan mengelola pariwisata yang dibuat dan direncanakan bersama-sama. Kontribusi pikiran dalam perencanaan jauh lebih diutamakan dan dalam prakteknya kegiatan ini justru lebih menguras tenaga. Penduduk Tanjung Batu bisa dibilang tidak memiliki pengalaman dalam bidang pariwisata. Walaupun mereka dekat dengan obyek wisata Pulau Derawan, namun tidak menerima dampak dari wisata tersebut. Selama ini mereka hanya menjadi wilayah transit bagi wisatawan yang akan menyeberang ke Pulau Derawan.