Bupati Resmikan Walking Track Mangrove di Pusat Informasi Mangrove Tanjung Batu
|Kini Kabupaten Berau memiliki satu daya tarik wisata yang baru di Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan yakni, Tracking Mangrove atau wisata Mangrove yang disebut-sebut sebagai tracking terpanjang di Indonesia, yang memiliki panjang 1.400 meter itu yang akan diresmikan Bupati Berau Muharram, Senin (19/2) hari ini.
Adalah Millenium Challenge Account Indonesia (MCAI) dan Konsorsium Javlec Indonesia yang mewujudkan kawasan Mangrove di Bulalung, Kampung Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan. Hutan bakau yang diperkirakan merupakan hutan bakau generasi pertama di daerah ini, sudah sejak lama ingin dikembangkan sebagai satu kawasan wisata berbasis konservasi. Sebab, di sejumlah daerah di Kaltim, bahkan di Indonesia (di Bali), sudah terlebih dahulu memiliki kawasan wisata Mangrove.
Walaupun bentangan hutan Mangrove yang memagari pesisir pantai di Berau diperkirakan seluas 64 ribu hektare, namun Mangrove Bulalung di Tanjung Batu menjadi pilihan untuk dikembangkan. Bukan hanya membangun Tracking berbahan kayu, tapi juga sekaligus dibangun Pusat Informasi Mangrove (PIM). Diperkirakan dalam kawasan yang dikembangkan tersebut, ada 42 jenis Mangrove, meski yang teridentifikasi sejauh ini baru 21 jenis.
MCAI melalui Konsorsium Javlec Indonesia, juga tidak tanggung-tanggung, menggelontorkan dana yang cukup besar sekitar Rp 3 miliar lebih, untuk membangun track sepanjang 1.400 meter. Dibanding yang ada di Indonesia, dipastikan di Tanjung Batu tersebut adalah kawasan wisata Mangrove memiliki tracking terpanjang di Indonesia. Dibangun selama hampir 6 bulan, dengan menggunakan bahan kayu yang direkomendasikan “halal” untuk dipakai.
Habiskan Dana Rp 3 Miliar, Track ini diklaim Terpanjang di Indonesia
Bukan hanya track yang dipersembahkan oleh MCAI dan Konsorsium Javlec Indonesia, tetapi ada bangunan rumah panggung yang dijadikan sebagai Pusat Informasi Mangrove (PIM).

Juga pemberdayaan masyarakat kampung melalui pelatihan dan bantuan peralatan membuat makanan (amplang dan pentol bakso) berbahan ikan laut. Selain di Tanjung Batu, MCAI juga membangun pembangkit listrik tenaga surya di Kampung Teluk Alulu, Kecamatan Maratua sebagai pendukung pabrik es balok untuk nelayan. Serta pengolahan kelapa menjadi minyak yang sangat sehat dikonsumsi. Ini tentu memberikan nilai tambah, serta dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat pantai.
Bagi pariwisata, track mangrove di Bulalung Tanjung Batu, merupakan daya tarik wisatawan yang dipastikan akan banyak yang berkunjung terutama pada akhir pekan. Ini membuat semakin lengkapnya atraksi pariwisata yang disajikan untuk wisatawan, khususnya yang memililih ke Pulau Derawan melalui Tanjung Batu. Bisa terlebih dahulu menikmati tracking mangrove atau bagi keluarga yang ingin berobat maupun membuat badan menjadi bugar bisa merasakan layanan Terapi Hyperbaric di Puskesmas Tanjung Batu.
Atraksi dalam kawasan Mangrove memang belum banyak kecuali untuk menyaksikan hutan Mangrove dan pantai serta berswafoto. Pengelola nantinya akan melengkapinya, mulai dari rumah makan yang standar maupun tempat beristirahat setelah berjalan kaki sepanjang 1.400 meter.
Wabup Agus Tantomo menyarankan menghadirkan hewan Bekantan dalam kawasan itu, namun hal tersebut masih dipelajari. Sebab bisa jadi secara alami bekantan atau monyet datang dan bisa akrab dengan pengunjung. Hasil penelitian bahwa dalam kawasan hutan mangrove tersebut, jenis pohonnya bukan yang disukai Bekantan. Karenanya, Bekantan yang jumlahnya ratusan ekor muncul setiap pagi dan sore itu, berada di seberangnya. Diharapkan Bekantan tersebut berpindah lokasi tempat mencari makan. Bila jadwal tidak berubah, maka sehari setelah diresmikan Bupati atau setidaknya dalam pekan ini, warga sudah bisa menikmati satu lokasi wisata baru ini.
Masyarakat Tanjung Batu, dipastikan akan kebagian rezeki. Mulai dari rumah makan, penginapan maupun tempat belanja lainnya.(*berau.prokal.co)