Javlec Hadiri Pembukaan Festival KPH dan PUSAKA 2018
|“Hutan adalah pusaka negeri ini yang sekaligus menjadi jati diri bangsa Indonesia. Tanpa hutan, apalah jadinya Indonesia?”
Presiden RI Joko Widodo membuka secara resmi Festival Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tingkat Nasional dan Pameran Usaha Kehutanan (PUSAKA) Tahun 2018 di Hutan Pinus Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta pada hari Jumat (28/09). Festival KPH dan PUSAKA selama dua hari tersebut menampilkan berbagai teknologi usaha kehutanan serta hasil hutan kayu dan non-kayu.
Festival KPH Tingkat Nasional dan PUSAKA bertujuan untuk menampilkan produk-produk unggulan KPH berbasis pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Selain itu, festival dan pameran tersebut juga akan menampilkan produk-produk kehutanan dan turunannya oleh mitra kehutanan. Diversifikasi hasil hutan mewujudkan multi-bisnis di hutan produksi.
Indonesia masih memiliki hutan-hutan produksi yang potensial sebagai kawasan usaha kehutanan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu (HHBK). Bahkan HHBK seperti jasa lingkungan dan wisata alam terus berkembang secara inovatif dan adaptif sebagai salah satu penyumbang devisa andalan bagi negara.
Kelestarian hutan haruslah dijaga karena tidak hanya menjamin kelangsungan ekologi namun juga menghadirkan manfaat secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat.
Kehadiran KPH sebagai lembaga pengelolaan hutan di tingkat tapak merupakan kebijakan strategis pemerintah dalam upaya membenahi tata kelola hutan Indonesia agar mampu menjawab tantangan produktifitas hutan lestari yang lebih dinamis dan manfaatnya bisa langsung dinikmati oleh masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Model pengusahaan hutan berbasis KPH mampu menyempurnakan tata kelola hutan Indonesia dimana akses pemanfaatan hutan yang diberikan kepada masyarakat dapat terarah dan terukur.
Presiden Tekankan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Hutan
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya menyampaikan, “kita harus bersyukur bahwa hutan Indonesia tidak hanya berperan mengurangi emisi karbon dan menjaga keseimbangan lingkungan sebagai paru-paru dunia, namun juga menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.” Berbagai produk kehutanan baik kayu maupun non-kayu memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti block log, plywood, vinyl, hingga madu, gula aren, kopi, teh, sutera, bahkan sektor wisata alam seperti Hutan Pinus Mangunan.
Keindahan Hutan Pinus Mangunan menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berekreasi dan berinteraksi dengan alam. Menurut data Kementerian LHK, dalam satu tahun Hutan Pinus Mangunan dapat dikunjungi oleh 2,5 juta pengunjung dengan perolehan dana total hingga Rp. 10 Milyar, dimana 75% keuntungan diterima oleh masyarakat dan 25% untuk KPH.
Selain manfaat yang di dapat dari sektor wisata alam, beberapa perwakilan masyarakat yang diundang Presiden Joko Widodo untuk naik ke atas panggung juga menuturkan bahwa mereka memperoleh manfaat ekonomi dari produk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Ashari Tukimin, salah satu warga yang tergabung dalam Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Mangunan menuturkan bahwa saat ini dia mengelola 6 hektar lahan hutan untuk dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ulat sutera. “Alhamdulillah keluarga saya sejahtera,” tutur Ashari.
Presiden menyadari potensi hutan Indonesia yang tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan namun juga dapat menghadirkan manfaat sosial dan ekonomi melalui berbagai alternatif usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat bersama para pihak. “Sejak empat tahun lalu saya perintahkan dibentuk KPH untuk menghadirkan kesejahteraan masyarakat secara nyata. Saya mau ini diteruskan dan jangan berhenti,” tegas Presiden Joko Widodo.
Festival KPH dan PUSAKA menyajikan pengalaman-pengalaman dari para KPH di tingkat tapak dalam perwujudan produktivitas hutan lestari yang lebih dinamis dan manfaatnya bisa langsung dinikmati oleh masyarakat sekitar hutan. Diharapkan kegiatan ini akan membangun citra dan membangun kapasitas seluruh stakeholder lingkungan hidup dan kehutanan agar lebih siap dalam berbenah diri, membuka diri dan berani maju sebagai eksekutor kelestarian hutan Indonesia. (ji)