Pelatihan Kehutanan Masyarakat, Kewirausahaan, dan Perubahan Iklim

Upaya-upaya pengelolaan sumberdaya hutan oleh komunitas (community forestry) harus diperkuat untuk mendukung upaya adaptasi mitigasi perubahan iklim. Berbagai bukti di lapangan menunjukkan jika hutan yang dikelola masyarakat lebih bagus dari segi ekositem. Namun, pengelola hutan juga perlu memiliki jiwa kewirausahaan agar potensi sumberdaya hutan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk itu, FKKM dan Javlec  atas dukungan dari RECOFTC mengadakan pelatihan Kehutanan Masyarakat, Kewirausahaan dan Perubahan Iklim. Pelatihan yang berlangsung dari tanggal 4 hingga 8 Februari tersebut diselenggarakan di Desa Nglangeran, Gunungkidul, Yogyakarta. Sebanyak 30 pengelola hutan dari berbagai wilayah di Jawa selain mengikuti pelatihan sekaligus saling bertukar pengalaman mengenai pengelolaan hutan yang mereka lakukan.

Selama ini, petani hutan tidak terbiasa dengan kegiatan usaha. Sebagian besar petani melakukan pertanian untuk dirinya sendiri. Mereka baru melakukan penjualan apabila ada kelebihan hasil panen. Berbeda dengan pedagang yang melakukan kegiatan untuk mencari keuntungan. Bekal kewirausahaan menjadi penting karena petani mengembangkan usaha tanpa berdasarkan perhitungan ekonomi dan analisa.

Pelatihan mengambil lokasi di Nglangeran sebagai bagian untuk mendorong tempat tersebut menjadi lokasi pelatihan bersama. Desa tersebut merupakan salah satu contoh di mana masyarakat bisa meningkatkan pendapatan melalui pembuatan hutan rakyat. Semenjak masyarakat Nglangeran mulai membudayakan penanaman pohon, tempat tersebut kemudian menarik untuk dijadikan desa wisata. Karang taruna Desa Nglangeran kemudian aktif mengelola wisata desa hingga mendatangkan banyak pengunjung. Hal tersebut berimbas kepada pendapatan penduduk. Sebagian masyarakat mengembangkan bisnis melalui pembuatan makanan dan kerajinan tangan hingga menyewakan rumah untuk homestay. Semenjak itu, pendidikan di Desa Nglangeran meningkat. Banyak generasi mudanya yang memiliki biaya untuk melanjutkan ke bangku kuliah.

Rangkaian kegiatan yang dikemas dalam bentuk presentasi, diskusi, menonton film, dan kunjungan lapangan tersebut bertujuan memberikan pemahaman tentang isu perubahan iklim dan kaitannya dengan peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan. Hal tersebut dibungkus dengan kewirausahaan dalam pengelolaan hutan yang lestari dalam kerangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain itu, para peserta didorong untuk membangun jaringan belajar antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan. Seluruh info tadi disampaikan oleh narasumber dari berbagai latar belakang. Mulai dari Hasantoha Adnan dari FKKM, Dr Didik Suharjito dari IPB, Ibu Astin dari BNI, dan Hari Cahyono dari Paramitra.

Untuk mengetes pemahaman peserta mengenai materi yang diajarkan, pada hari keempat peserta mengunjungi pengusaha lokal untuk menilai rantai pasar yang mereka lakukan. Konsep rantai nilai tersebut muncul berdasar pemahaman jika usaha kecil selalu tidak diuntungkan di rantai pasar. Apabila seorang pengusaha melakukan analisi mengenai margin antara produsen, distributor, hingga konsumennya, ia bisa menentukan margin keuntungan yang diharapkan. Margin keuntungan juga bisa ditingkatkan melalui intervensi terhadap produk.

Di akhir kegiatan, masing-masing peserta membuat rencana bisnis yang akan mereka jalankan bersama kelompoknya. Dua bulan mendatang, tim FKKM akan mendatangi para pengusaha ini untuk mengetahui keberlanjutan rencana bisnis yang dibuat.

Add a Comment