Sawit Merambah Hutan Bukan Tanpa Sebab
|Komiditi yang satu ini semakin moncer di pasar internasional. Permintaan tinggi akan sawit memicu pembukaan lahan besar-besaran untuk penanaman sawit, termasuk wilayah hutan
Sebelum sawit, era 1980-1990an adalah zaman keemasan minyak kelapa. Pada masa itu minyak kelapa masih merajai dapur-dapur rumah tanggan dan keperluan lainnya. Namun perlahan keberadaan minyak kelapa semakin menghilang.
Apa penyebab pamor minyak kelapa semakin meredup? Posisi kelapa tergantikan oleh sawit karena harga sawit lebih murah, ketersediaannya pun melimpah.
Pasokan sawit meningkat sejak dibukanya program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) pada tahun 1980-an. Konsep kemitraan rakyat degan perusahaan besar di Indonesia itu digagas Bank Dunia melalui proyek Nucleus Estate dan Small Holders (NES) I-IV.
PIR membawa perubahan revolusioner. Luas perkebunan sawit rakyat meningkat dari 6 ribu ha pada tahun 1980 menjadi 5.81 juta ha pada tahun 2019.
Sawit meluas karena permintaan meroket sejak komoniti itu dipakai untuk campuran aneka barang konsumsi. Sabun mandi, sampo, pasta gigi, coklat, pengemulsi roti dan produk olahan lainnya memakai sawit.
Uni Eropa sesumbar memboikot sawit karena perambahan hutan. Namun impor sawit di negara itu tetap tinggi. Eskpansi perkebunan sawit makan menggila setelah sawit dipaksa menjadi bahan bakar B20, B30 dan seterusnya.
Ekspansi sawit mengancam hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Oleh karena itu perlu diterapkan prinsip keberlanjutan pada perkebunan kelapa sawit.
Sumber: ig-spos-kehati