Strategi Untuk Mengatasi Masalah Rentan Miskin di Teluk Harapan
|Dalam bagian sebelumnya telah disimpulkan apa yang menjadi akar penyebab rentan miskin di kampung Teluk Harapan (baca : akar permasalahan disini). Pada bagian ini, hasil pertemuan FGD akhirnya merumuskan strategi untuk mengatasi masalah rentan miskin yang terjadi di kampung Teluk Harapan.
Kampung Teluk Harapan memiliki banyak sumber daya alam yang sangat beragam untuk membuat kerajinan souvenir mulai dari kelapa, kerang, pasir putih dan masih banyak lagi lainnya. Namun, masyarakat tidak memiliki gagasan tentang bagaimana cara mereka memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk diproduksi menjadi souvenir khas pulau Maratua. Sebagai contoh seorang pengusaha penginapan yang menjadi informan dalam kajian ini menjelaskan bahwa tirai kerang yang dipasang sebagai penyekat antara ruang makan dengan ruang kamar dia beli saat dia berwisata ke Bali. “Padahal semua bahan untuk membuat tirai ini ‘kan ada disini'”, jelasnya.
Dari ungkapan itu dan juga pendapat para peserta FGD program peningkatan usaha produksi menjadi sangat penting dilakukan karena wisatawan yang berkunjung ke pulau Maratua seringkali menanyakan souvenir khas yang dapat mereka bawa pulang. Beberapa souvenir yang diproduksi masyarakat berdasar hasil pelatihan yang diberikan Pemerintah Kabupaten memang ada namun souvenir produksi masyarakat kampung Teluk Harapan masih sangat terbatas pada yang pernah diajarkan karena masyarakat belum mampu mengembangkannya. Pelatihan usaha produksi yang diusulkan diharapkan dapat memberi gagasan tentang bentuk dan ragam souvenisr baru yang dapat mereka produksi serta proses kreatif untuk menghasilkan suatu produk baru sehingga mereka dapat mengembangkannya sendiri. Lebih dari itu, masyarakat juga berharap bahwa pelatihan usaha produktif ini dapat membuka peluang pasar ke tempat lain sehingga tidak hanya terbatas dan bergantung pada wisatawan yang berkunjung ke kampung mereka di pulau Maratua.
Lain dari itu, peserta FGD juga menjelaskan bahwa peralihan profesi dari nelayan menjadi jasa wisata tidak diikuti adanya perilaku sadar wisata. Kebersihan pantai dan kampung belum menjadi suatu perilaku hidup di masyarakat walaupun pemerintah kampung sudah menyediakan tong sampah melalui program PNPM dimana setiap keluarga mendapatkan 2 tong sampah. Meski demikian, pembuangan limbah rumah tangga belum teratur dan sampah plastik masih banyak dijumpai di pantai.
Sebagai pembanding, daerah tujuan wisata di tempat lain masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi prioritas guna menimbulkan rasa nyaman bagi wisatawan yang datang berkunjung. Pantai Sanur ataupun pantai Kuta di Bali setiap pagi selalu dibersihkan oleh petugas yang dibayar oleh Pemerintah. “Sesungguhnya petugas kebersihan semacam ini ‘kan bisa dibayar dengan dana ADK?”, celetuk seorang pengusaha penginapan.
Perilaku sadar wisata yang dimaksudkan di sini tidak hanya terbatas pada persoalan kebersihan lingkungan tetapi di dalamnya juga termasuk aspek pelayanan baik itu oleh pengelola homestay, pemandu wisata ataupun pelaku jasa wisata lainnya seperti pembawa speedboat. Dengan sadar wisata diharapkan pelayanan ini seluruh pelaku jasa wisata harus memastikan bahwa pelayanan yang diberikan harus berorientasi pada keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung. Dengan adanya kesadaran terhadap masalah keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung, perilaku pembawa speedboat sebagaimana dituliskan di atas tidak akan terulang lagi dimasa yang akan datang sehingga wisatawan akan membawa kesan baik saat pulang.
Dalam pandangan peserta FGD, pengelolaan ekonomi rumah tangga menjadi faktor penting. Banyaknya pengeluaran yang tidak terduga sebagaimana diungkap pada analisis sebab menunjukkan bahwa keterampilan untuk mengelola ekonomi rumah tangga sangat lemah. Pelatihan ekonomi rumah tangga diharapkan dapat menjawab persoalan tersebut. Tidak hanya itu, pelatihan ekonomi rumah tangga juga sebaiknya dikaitkan dengan pelatihan manajemen homestay baik itu manajemen tamu, manajemen pemeliharaan ruang yang disewakan, upaya melakukan promosi maupun manajemen keuangan homestay.
Sangat diharapkan implementasi strategi penanggulangan masalah rentan miskin dan seluruh programnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Teluk Harapan sehingga persoalan rentan miskin dapat terkikis.
Rumusan strategi masyarakat di kampung Teluk Harapan untuk mengatasi masalah rentan miskin di fokuskan pada 3 program, yaitu (1) penguatan usaha dan jaringan pemasaran; (2) Pengaturan ekonomi rumah tangga dan (3) Peningkatan SDM dalam pengelolaan jasa wisata. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut adalah pelatihan usaha produksi kerajinan, pendampingan usaha dan membangun pasar (program 1)., peningkatan sadar wisata dan pengelolaan homestay (program 2) dan pelatihan ekonomi rumah tangga (program 3).