Akar Kemiskinan Kampung Teluk Semanting

Berbeda dengan Tanjung Batu yang terletak di lintasan jalur wisata ke Pulau Derawan, posisi geografis Kampung Teluk Semanting agak di luar lintasan jalur wisata itu. Walaupun posisi geografis kampung sedikit menjorok ke dalam, namun kampung ini memiliki beragam potensi ekonomi baik itu dari sisi hasil laut, hasil kebun ataupun industri rumah tangga yang berkembang. Dengan beragamnya potensi ekonomi kampung, maka permasalah yang dihadapi penduduk Kampung Teluk Semanting lebih pada terbatas pada pengolahan hasil laut.

Analisis akar penyebab masalah terbatasnya pengolahan hasil laut dapat dilihat pada bagan berikut. Yang menarik dari proses di Teluk Semanting ini adalah bahwa peserta yang menghadiri FGD mayoritas adalah perempuan yang memiliki usaha produktif berbasis ikan.

http://javlec.org/keterbatasan-sarana-dan-prasarana-pendukung-di-teluk-semanting/
Kotak diarsir merah tidak dipertimbangkan dalam penyusunan strategi. Bulatan hijau menunjukkan masalah yang akan dijawab dalam strategi penanggulangan masalah.

Dari bagan tersebut tampak ada 2 faktor yang tidak dapat ditanggulangi yaitu faktor cuaca dan penyediaan bahan dari luar karena kedua faktor ini berada di luar kendali masyarakat ataupun pemerintah kampung. Oleh karena itu, pembahasannya lebih akan fokus pada persoalan terbatasnya pengolah produk hasil laut.

Terbatasnya variasi produk olahan ikan disebabkan oleh karena terbatasnya keterampilan SDM, pasar yang terbatas dan juga peralatan yang terbatas. Dari sisi SDM, keterampilan mengolah krupuk ikan diperoleh sejak turun temurun dan terus dikembangkan sendiri hingga dapat memproduksi berbagai olahan dari bahan dasar ikan seperti krupuk, amplang, pentol atau bakso ikan dan ikan asin.

Pemasaran olahan ikan seperti krupuk biasa dititipkan pada orang di Tanjung Batu. Pengepul krupuk di Tanjung Batu kemudian mengemas ulang dan kemudian dipasarkan ke Bontang, Sulawesi Selatan bahkan hingga ke Tawalu, Malaysia. Merek asli dari krupuk Teluk Semanting adalah PKK Putri Melati, namun merek dagang ini sulit ditemui dipasaran karena sudah dikemas ulang oleh pengepul. Salah satu alasan yang menyebabkan hilangnya merek dagang PKK Putri Melati disebabkan karena merek dagang ini belum memiliki ijin baik itu ijin industri rumah tangga, ijin makanan olahan dari Dinas KEsehatan atau ijin merek dagang dari Dinas Perdagangan. Oleh karena itu, walaupun krupuk yang beredar di pasar berasal dari Teluk Semanting namun nama ini tidak dikenal di pasar.

Jenis ikan yang digunakan untuk memproduksi krupuk ada beberapa macam seperti ikan bandeng laut dan otek (nama lokal). Pemilihan jenis ikan untuk produksi didasarkan pada 2 alasan, yaitu harganya yang murah dan tekstur daging ikan yang lembut. Namun, jenis ikan semacam ini memiliki banyak tulang. Produsen krupuk harus memisahkan seluruh tulang dari daging sebelum dibuat menjadi adonan. Pemisahan tulang dari daging dikerjakan secara manual karena mereka tidak memiliki alat untuk memisahkan tulang dari daging.

Satu-satunya alat yang ada di desa dan masih digunakan adalah molen yang digunakan untuk membuat adonan krupuk ikan. Sesungguhnya mereka pernah mendapat mesin untuk memotong adonan yang sudah siap dipotong menjadi krupuk dari pemerintah kabupaten. Namun, alat ini tidak lagi digunakan karena ketebalan krupuk hasil pemotongan mesin tidak sama. Oleh karenanya, produsen lebih memilih untuk memotong secara manual dari pada menggunakan mesin.

Sarana lain yang sangat mereka butuhkan adalah mesin pendingin ikan karena selama ini pengawetan ikan hanya dengan menggunakan es batu. Pengawetan ikan dengan es batu sangat tidak memadai, cepat meleleh, sehingga produsen tidak berani menyuediakan stok ikan dalam jumlah banyak. Walaupun pada saat musim ikan bandeng dan otek, tersedia banyak ikan namun tetap saja ikan itu tidak terolah karena tidak ada mesin pendingin.

Namun jika musim paceklik ikan bandeng dan otek, produsen seringkali harus menghentikan produksi krupuk karena tidak ada ikan. Dengan kata lain, ketiadaan mesin pendingin berpotensi menyebabkan 2 kali kerugian bagi produsen yaitu pada musim ikan tidak dapat membuat stok ikan dan pada musim paceklik ikan tidak dapat berproduksi.

Impian untuk memiliki mesin pendingin ikan juga terkendala dengan dua faktor yaitu pertama, mahalnya harga mesin pendingin. Kalau toh mereka mampu mengadakan mesin pendingin ikan, mereka akan masih menghadapi kedala kedua yaitu tidak adanya sarana jaringan listrik PLN yang sangat diperlukan untuk menggerakkan mesin pendingin. Keseluruhan faktor tersebut di atas menjadikan pengolahan hasil laut menjadi sulit berkembang.