Bu Sukani, Juru Tulis di TPK HKm Sedyolestari

Perempuan ini merupakan sosok petani hutan yang rajin dan mudah beradaptasi dengan situasi yang ada. Kemauan untuk terus belajar dan berperan aktif dalam kemajuan kelompok tani hutan membuatnya dipercaya untuk memikul tanggung jawab dalam pencatatan buku mutasi kayu di Tempat Penimbunan Kayu/TPK Sedyolestari.

Ibu dari 3 anak ini setiap hari melakukan pencatatan kayu masuk dan keluar dari TPK Sedyolestari. Perempuan kelahiran Tahun 1975 ini merupakan anggota kelompok tani hutan Sedyolestari, yang selalui aktif dalam kegiatan pemanenan kayu HKm. Hasil pencatatannya dalam buku mutasi kayu sangat diperlukan untuk mengetahui kayu yang masuk dari hasil tebangan hutan dan keluar untuk pengangkutan kayu ke industri kayu. Hasil pencatatannya juga dipergunakan sebagai basis data untuk pembayaran Provisi Sumberdaya Hutan/PSDH.

Awalnya Saya juga tidak paham bagaimana melakukan pencatatan mutasi kayu. Namun, sedulur-sedulur tani memberikan semangat agar Saya mau  belajar dari mas pendamping HKm bagaimana menulis data kayu,” kata Bu Sukani. Selanjutnya, dia juga tidak segan untuk bertanya kepada pendamping HKm, dari Javlec Indoensia, jika ada kesulitan yang dihadapi dalam pengelolaan data kayu di TPK.

Selama berlangsung pemanenan kayu HKM, Bulan Mei hingga Juli 2021, setelah menyelesaikan tugas-tugas sebagai ibu rumahtangga kemudian Bu Sukani berangkat ke lokasi TPK. Tidak hanya itu, setiap jam makan siang, Bu Sukani juga mengkoordinir penyediaan dan pembagian makan siang bagi seluruh tenaga kerja di penebangan kayu.

KTH Sedyolestari sangat terbuka dan memberikan kesempatan bagi perempuan petani hutan untuk ikut berpartisipasi dalam kemajuan kelompok tani. Tidak hanya laki-laki petani hutan yang terlibat dalam pemanenan kayu. Namun demikian, tetap peran dan tugas-tugas yang diberikan kepadanya disesuaikan dengan kemampuan fisik.

Seperti diketahui bahwa kegiatan penebangan dan pengangkutan kayu sangat membutuhkan kekuatan fisik. Untuk yang demikian, tetap dilakukan oleh kaum laki-laki.

Itulah kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di lokasi-lokasi perhutanan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Kesetaraan gender telah diaplikasikan dalam setiap kegiatan kelompok tani hutan. Bu Sukani adalah contoh kecil sebagai pembuktian bahwa kesetaraan gender dan kearifan lokal itu ada.