Kampung Teluk Harapan Menuju Kampung Wisata

Kampung Teluk Harapan terletak di Pulau Maratua, yang terkenal dengan wisata bawah laut. Pada mulanya seluruh kampung yang ada di Pulau Maratua, seperti kampung Teluk Harapan, kampung Payung-Payung, kampung Bohe Siliang dan kampung Teluk Alulu secara pemerintahan menjadi bagian dari kecamatan Pulau Derawan. Namun sejak tahun 2003 kepulauan Maratua mekar menjadi Kecamatan Maratua yang terpisah dari Kecamatan Pulau Derawan.

Kampung Teluk Harapan merupakan kampung pemangku ibukota kecamatan Maratua. Meski kampung ini menjadi ibukota kecamtan namun secara umum fasilitas infrastruktur di kampung ini belum terlalu bagus. Sebagai contoh, bantuan PLTS dari 2 Kementerian yang diberikan kepada kampung ini tidak terpelihara dengan baik sehingga aliran listrik tidak dapat dinikmati selama 24 jam, listrik hanya menyala pada malam hari dengan daya sekitar 400 watt per rumah. Jika dibutuhkan, para pengusaha penginapan biasanya memiliki genset untuk menambah daya listrik yang mereka butuhkan.

Maratua Island

Infrastruktur jalan terdiri dari 3 jenis yaitu diperkeras, jalan beton dan jalan aspal. Jalan beton biasanya merupakan jalan di dalam kampung sementara jalan yang diperkeras dan jalan aspal menghubungkan antar kampung. Kondisi jalan aspal di pulau Maratua pada umumnya belum tertata dengan baik dan belum menjangkau keseluruh kampung. Darisegi kualitas, aspal jalan masih banyak yang terkelupas dan sementara ini prasarana jalan di pulau Maratua baru menjangkau 3 dari 4 kampung di pulau ini yaitu kampung Teluk Alulu, kampung Payung dan kampung Bohe Siliang. Bagi penduduk kampung Teluk Harapan, keberadaan infrastruktur jalan ini sangat besar artinya secara ekonomi dan dari sisi pendidikan. Secara ekonomis, infrastruktur jalan ini sangat penting untuk membawa tamu wisatawan yang mendarat di bandara, terletak di kampung Bohe Siliang, menuju ke kampung Teluk Harapan.

Secara edukatif, sarana pendidikan yang ada di kampung Teluk Harapan baru sampai tingkat sekolah dasar. Sarana pendidikan SMP dan SMA untuk kecamtan Maratua hanya terdapat di kampung Payung Payung yang berjarak sekitar 8 kilometer. Oleh karenanya, penduduk kampung Teluk Harapan yang menyekolahkan anak-anak mereka ke SMP atau SMA sangat diuntungkan dengan adanya infrastruktur jalan raya itu.

Puskesmas di Maratua

Dalam konteks sarana kesehatan, kampung Teluk Harapan sedikit lebih beruntung dibanding 3 kampung lainnya. Alasannya, kampung Teluk Harapan memiliki sarana Puskesmas induk yang dilengkapi dengan fasilitas rawat inap, 2 dokter, 12 perawat dan 5 bidan. Mengingat fasilitas kesehatan kecamatan Maratua terkonsentrasi di kampung Teluk Harapan maka sarana jalan sangat membantu penduduk di kampung Payung Payung dan Bohe Siliang untuk memperoleh layanan pemeriksaan dokter di Puskesmas induk.

Sarana ekonomi yang tersedia di kampung Teluk Harapan dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu sarana perdagangan dan sarana akomodasi. Dalam hal sarana perdagangan, kampung ini belum memiliki pasar kampung sehingga sarana perdagangan yang bisa ditemukan antara lain warung atau toko kelontong dan kedai makan. Menurut catatan BPS (2015), jumlah warung atau toko kelontong di kampung Teluk Harapan sebanyak 15 toko atau tertinggi dibandingkan jumlah toko kelontong di kampung lainnya sedang kedai makan sebanyak 3 kedai. Kedai makan seperti ini hanya ada di kampung Teluk Harapan (BPS, 2015).

Terkait sarana akomodasi, di pulau Maratua belum ada hotel. Akomodasi yang ada biasa dalam bentuk resort, penginapan dan home stay. Resort biasanya dimiliki dan dikelola oleh inverstor dari luar pulau, umumnya warga negara asing. Penduduk lokal biasa dipekerjakan sebagai tenaga kasar resort, misal mereka bekerja di Maratua Paradise Resort. Sedang penginapan dan home stay biasa dimiliki dan dikelola oleh penduduk kampung Teluk Harapan. Secara keseluruhan jumlah penginapan dan home stay di Teluk Harapan sebanyak 18 penginapan/home stay.

Pembangunan sarana dan prasarana fisik yang dibangun pemerintah Kabupaten Berau di wilayah Kecamatan Maratua pada umumya telah diarahkan untuk menunjang pembangunan wisata di Pulau Maratua.

Bagaimana masyarakat, khususnya di kampung Teluk Harapan, mempersiapkan diri mereka untuk menjadi desa wisata?

Secara profesi, penduduk kampung Teluk Harapan sedang mengalami transisi dari profesi sebagai nelayan menjadi penyedia jasa, khususnya terkait dengan jasa wisata. Beberapa informan kunci yang sempat ditemui mengatakan bahwa mereka sudah tidak lagi bekerja sebagai nelayan karena merasa penghasilan nelayan tidak menentu. Sesungguhnya banyak juga penduduk kampung ini yang memiliki kebun dan bertani di kebun itu dengan menanam kelapa, singkong dan pisang namun hasil kebun ini biasanya tidak dijual dan hanya untuk konsumsi sendiri.

resort
Salah satu Resort di Maratua

Dengan adanya peralihan profesi ini jumlah penduduk yang masih menekuni mata pencaharian sebagai nelayan diperkirakan sudah di bawah 40 persen sedang mata pencaharian 60 persen penduduk lainnya tersebar keberbagai sektor jasa seperti bekerja sebagai nahkoda speed, tukan bawa perahu, pengusaha penginapan atau homestay, pengusaha keramba ikan kerapu, tukan bangunan, pembuat kue, pengambil batu dan pasir dan lain sebagainya. Sedang untuk kalangan pemuda, profesi yang menarik mereka antara lain sebagai polisi atau pemandu wisata bawah laut (diver). Sayangnya, pemerintah kampung ataupun BPS kecamatan belum memiliki data statistik yang dapat dirujuk untuk menggambarkan sebaran masyarakat kampung Teluk Harapan yang bekerja pada tiap profesi baru tersebut.

Seorang informan kunci menggambarkan bahwa profesi sebagai tukang bangunan pada saat itu sedang sangat dibutuhkan. Para pemilik yang membutuhkan jasa tukan terkadang harus menunggu beberapa hari baru bisa mendapatkan waktu luang dari tukang. Dengan kata lain, pekerjaan sebagai tukan bangunan ini lebih menguntungkan dan penghasilan dari tukan bangunan lebih dapat dipastikan daripada melaut. Sebagai contoh, informan ini memberikan gambaran bahwa upah harian seorang tukan ahli sudah mencapai 200 ribu per hari dan pembantu tukang mendapat separohnya atau 100 ribu per hari.

Lebih lanjut, informan ini menjelaskan bahwa pendapatan para ibu yang bekerja sebagai pengrajin kue sudah semakin meningkat sejak di kampung ini tumbuh banyak penginapan karena penginapan ini sering memesan untuk hidangan sarapan pagi para tamu. Setiap 4 biji kue harganya 5 ribu rupiah. Mengingat jumlah pengrajin kue tidak terlalu banyak, sekitar 5 KK perempuan, setiap harinya para pengrajin kue ini dapat memperoleh penghasilan kotor per hari minimal 200 ribu rupiah.

Pekerjaan lain yang diterangkan adalah pekerjaan buruh pengambil batu atau pasir. Pekerjaan ini biasa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Harga 1 kubik batu karang ukuran sedang untuk pondasi bangunan adalah 200 ribu dan untuk ukuran yang lebih kecil harga per kubik sekitar 230 ribu. Untuk dapat mengumpulkan batu sebanyak 1 kubik, para buruh biasanya membutuhkan waktu selama 3-4 hari kerja. Dengan demikian jika dirata-rata penghasilan buruh pengambil batu atau pasir sekitar 50-60 ribu per harinya.

Sedang untuk homestay dan atau penginapan, harga sewa kamar sekitar 400 ribu per malam dan untuk akhir minggu atau libur panjang jumlah tamu yang datang menginap banyak. Dengan melihat jumlah tamu yang datang, informan ini menjelaskan bahwa tingkat okupasi homestay dan penginapan berkisar minimal antara 4-8 kamar setiap bulannya. Minimnya penjualan kamar dikarenakan para pemilik homestay dan penginapan jarang yang memiliki jaringan dengan travel agent di Berau ataupun tempat lain. Tingkat hunian homestay dan penginapan per bulan akan semakin tinggi. Selain itu, beberapa penduduk Teluk Harapan mengembangkan usaha keramba dengan jenis ikan yang dibudidayakan adalah kerapu, bele-bele dan udang lobster.

Harga kerapu hidup minimal 150 ribu per kilogram, ikan bele-bele hidup sekitar 250 ribu dan lobster hidup per kilonya adalah 300 ribu rupiah. Budidaya ikan dalam keramba dipandang menguntungkan karena ikan hidup yang memiliki harga jual tinggi lebih mudah ditangkap dan lebih ada kepastian daripada mencari ikan di laut.

Sebagai pembanding pendapatan nelayan yang mencari ikan di laut setiap hari rata-rata mendapat 20 kilogram ikan. Jika mereka bisa mendapat ikat putih harga bisa mencapai 25 ribu per kilo, namun jika mereka menjual campuran, harga ikan turun menjadi 15 ribu per kilogram. Dengan adanya penghitungan penghasilan nelayan sebagai pembanding terhadap penghasil dari sektor jasa lainnya dapat dikatakan bahwa penghasilan minimum dari sektor jasa tidak berbeda jauh daripada penghasilan nelayan, namun dari segi kepastian masyarakat lebih merasa pasti dengan penghasilan dari sektor jasa. Oleh Karena itu, sebagian dari penduduk kampung Teluk Harapan pindah profesi.

Apakah setelah pindah profesi, pendapatan mereka dipengaruhi musim?

Dari data yang didapatkan menunjukkan bahwa pendapatan yang sedikit banyak terpengaruh musim adalah nelayan, para pengrajin souvenir dan penambang batu dan pasir. Jika diperhatikan lebih seksama, nelayan dapat mengambil ikan sepanjang musim karena beberapa jenis ikan seperti bandeng selalu ada sepanjang musim. Namun mengingat nilai jual bandeng jauh di bawah ikan kerapu, maka pendapatan dari menangkap ikan bandeng tidak terlalu diperhatikan. Karena alasan ini para nelayan menganggap bahwa pendaptan mereka tidak pasti.

Penghasilan para pengrajin souvenir, termasuk pengrajin ikan asin, juga terpengaruh oleh musim khususnya musim liburan yang biasa jatuh pada bulan Juli – Agustus. Waktu ini merupakan musim libur sekolah sehingga banyak wisatawan nusantara yang berkunjung ke Pulau Maratua. Kehadiran para wisatawan ini merupakan lahan penghasilan para pengrajin souvenis sehingga sangat bisa dimengerti apabila pendapatan mereka tergantung musim wisatawan.

Sedang pekerjaan para penambang batu dan atau pasir juga dipengaruhi khususnya musim kemarau. Artinya pada musim kemarau para penambang batu dan atau pasir sering mendapat pesanan. Hal ini disebabkan karena aktifitas pembangunan rumah penduduk ataupun pengerjaan proyek pemerintah bisa dilakukan pada antara bulan 5 sampai dengan bulan 10 sehingga pesanan untuk mengambil batu atau pasir meningkat.

Besarnya pengaruh musim angin atau musim panas pada tipe pekerjaan nelayan, pengrajin souvenir, penambang pasir menyebabkan masyarakat di Teluk Harapan memandang diri mereka rentan. Sebab, jika mereka tidak bisa bekerja selama beberapa waktu, simpanan dari penghasilan sebelumnya akan habis untuk menutupi kebutuhan sehari-hari atau berhutang.

Namun profesi lain seperti pengusaha penginapan, pengrajin kue, tukang bangunan dan lain sebagainya yang pendapatn mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh musim pun mengatakan bahwa mereka juga rentan.

Jika pendapatan mereka tidak terlalu di pengaruhi musim, apa faktor yang membuat mereka rentan?

Simak dalam pembahasan akar masalah dan strategi penanggulangan kemiskinan yang akan ditulis dalam artikel cerita pendampingan berikutnya.