Kehancuran Hutan adalah Kehancuran Indonesia

Di sebuah lantai hutan yang basah, burung madu gunung mengais lumut untuk menjadikannya bahan pembuatan sarang. Burung itu terbang tepat ketika orangutan melompat ke arah ranting Pohon Ulin yang gagah dan tinggi, pohon yang hanya ada di Kalimantan, Indonesia.

Beragam spesies yang mendiami ekosistem hutan hujan tropis ceria dengan cara mereka sendiri. Namun siapa sangka, mereka menghadapi suhu panas yang mencekam dan perusakan habitat yang masif. Perubahan iklim mengancam kelangsungan hidup para sahabat hutan itu. Mungkin hanya butuh beberapa puluh tahun lagi satu per satu dari mereka akan punah.

Itulah salah satu dampak yang mungkin terjadi karena perubahan iklim. Sejumlah spesies dipengaruhi secara fisiologis oleh iklim. Peningkatan karbon dioksida (CO2) di atmosfer menyebabkan peningkatan suhu, naiknya permukaan laut, dan menurunnya curah hujan. Perubahan intensitas, frekuensi, dan tingkat gangguan ekosistem seperti kebakaran, badai siklon tropis, kekeringan, dan banjir juga menyebabkan vegetasi hutan berada di bawah tekanan.

World Meteorological Organization (WMO) melaporkan bahwa suhu rata-rata atmosfer mengalami peningkatan sebesar 1,1 0C per tahun dibandingkan sebelum revolusi industri. Hal ini menjadikan 2017 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Kondisi ini menyebabkan sekitar 700 spesies hewan dan tumbuhan di bumi terancam punah. Bahkan dunia sekarang memasuki generasi keenam dari kepunahan massal akibat aktivitas antropogenik.

Dalam penelitiannya yang diterbitkan di Jurnal Nature, Thomas dkk memperkirakan, jika spesies di hutan terus menerus hidup dalam kisaran suhu yang tinggi, maka sekitar 15 hingga 37 persen spesies akan mengalami kepunahan di tahun 2050. Parahnya lagi, banyak keanekaragaman hayati di hutan tropis, seperti Indonesia, bahkan belum terungkap dan teridentifikasi.

Tak hanya perubahan iklim, hutan Indonesia juga menghadapi ancaman kebakaran hutan yang bisa saja datang setiap saat. Kebakaran  hutan  menjadi  krisis  lingkungan  paling  buruk  yang pernah dialami Indonesia. Pada tahun 2015, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia mencapai 2,6 juta hektar, setara dengan empat setengah kali luas Pulau Bali.

Emisi gas rumah  kaca  (GRK)  yang  dikeluarkan  dari  kebakaran  tersebut mencapai 1,62 miliar metrik ton CO2 dalam kurun waktu Juni hingga Oktober 2015. Kondisi tersebut, berdasarkan data WRI Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai penghasil emisi terbesar keempat di dunia, melonjak dari peringkat 6 dalam kurun waktu 6 minggu. Emisi GRK tersebut menjadi yang paling parah kedua dalam dua dekade terakhir, setelah kebakaran pada tahun 1997-1998.

World  Bank  mengestimasikan,  kerugian  ekonomi  akibat  kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 2015 mencapai Rp. 221 triliun, setara dengan 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).  Angka  ini  lebih  besar  2  kali  lipat  dibandingkan  biaya pemulihan  yang dibutuhkan dari  tsunami  Aceh.  Analisis  tersebut  termasuk  dampak  terhadap pertanian,  kehutanan,  perdagangan,  pariwisata,  dan  transportasi.

Tak  hanya  itu, kebakaran  hutan  juga  berdampak  buruk  terhadap  kesehatan  masyarakat.  Jutaan masyarakat  Indonesia  terpapar  asap  berbahaya,  yang  menimbulkan  masalah pernapasan karena tingginya konsentrasi PM 2,5.

Kebakaran hutan mayoritas disebabkan karena pembersihan lahan untuk tujuan pertanian dan perkebunan, baik oleh perusahaan maupun individu dari kalangan petani skala kecil. Akan tetapi,  pada  2015,  kebakaran  hutan  juga  diperparah  oleh  kekeringan berkepenjangan sebagai dampak El Nino, yang mengakibatkan api menjalar lebih luas sehingga merusak hutan tropis dan lahan gambut.

Semua peristiwa mengerikan di atas hanyalah contoh yang terjadi pada hari ini. Di hari esok dan masa depan, kita tidak pernah tahu seberapa besar kerusakan yang akan terjadi dan dampak yang akan dirasakan oleh generasi yang akan datang. Hutan telah menjadi bagian integral dari bangsa Indonesia. Bangsa kita hidup dan bergantung dari sumber daya hutan. Sehingga masa depan hutan adalah masa depan bangsa Indonesia. Sudah saatnya seluruh lapisan masyarakat membuka mata, di tangan kita lah, masa depan hutan dan bangsa Indonesia dipertaruhkan.(*)