Buah-buahan sebagai Solusi Aksi Mitigasi Kawasan Karst, DAS Kritis dan Kawasan Konservasi Gunungkidul
|Kawasan pegunungan karst Gunungkidul merupakan lahan kering yang memiliki karakter berbatu, dan mengandung kapur. Kondisi ini membuat akses terhadap air bersih untuk keperluan domestik, pertanian dan peternakan masyarakat sangat sulit. Javlec melalui dukungan pendanaan dari Indonesia Climate Change Trust Fund(ICCTF ) menginisiasi solusi bagi masyarakat di 7 kecamatan di kabupaten Gunungkidul melalui aksi mitigasi berbasis lahan dengan menanami lahan kritis di kawasan karst tersebut tanaman buah-buahan seperti alpokat dan sirsak.
Tim ICCTF mengunjungi lokasi proyek di Gunungkidul yang dikelola oleh mitra pelaksana EnerBI, Javlec (Java Learning Center) dan YEU sekaligus melakukan monitoring dokumen finansial proyek sejak tanggal 24 hingga 29 Juli 2016. Dalam kegiatan tersebut turut hadir perwakilan dari donor USAID dan Bappenas. Climate Change Adaptation Specialist USAID, Amin Budiarjo menyatakan dalam sambutannya bahwa, “Kami ingin melihat bagaimana ICCTF dapat membantu dalam pengelolaan hutan ke arah yang lebih baik”. Pengelolaan hutan yang terukur dengan menerapkan metode pengukuran karbon sebagaimana telah disosialisasikan oleh RAN-RAD GRK, sehingga bisa diketahui berapa banyak karbon yang berhasil diserap melalui upaya penanaman tanaman buah di Gunungkidul tersebut.
Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Wonosari. Kabupaten Gunungkidul terdiri atas 18 Kecamatan. Sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan dan pegunungan kapur, dengan komposisi tanah yang didominasi oleh batuan vulkanik. Hal ini membuat Gunungkidul dikenal sebagai daerah tandus dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. 7 dari 18 Kecamatan di Gunungkidul menjadi lokasi proyek untuk penanaman tanaman buah yang akan didampingi oleh Javlec.
Kepala Desa Girimulyo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul Sunu Rahardjo menyampaikan, “Sebagian besar penduduk di desa Girimulyo adalah petani, karena tidak memiliki wilayah pantai. Rencana untuk wanadesa dengan menanami tanaman buah alpokat dan sirsak sangat tepat, karena cocok dengan jenis tanah karst di kawasan Gunungkidul sehingga diharapkan hasilnya baik. Diharapkan ke depannya program ini akan terus berlanjut dan membantu masyarakat memperbaiki tingkat perekonomiannya”. Tim Javlec akan mendampingi program penanaman tanaman buah alpokat dan sirsak selama 2 tahun.
Panji Anom, Manajer Proyek Javlec menambahkan bahwa tanaman yang ditanam adalah tanaman yang dibutuhkan masyarakat. Ada sejarah berbagai tanaman yang telah diusahakan dan ada tanaman yang bisa berkontribusi terhadap pencegahan perubahan iklim sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Musim hujan tahun depan, masyarakat sudah mulai bisa menanam. Saat ini, masyarakat sedang mengerjakan pemisahan tanah dengan bebatuan dan dibuat talo sebagai penahan erosi.
Pada saat musim penghujan masyarakat memanfaatkan PAH (Penampungan Air Hujan/Tadah Hujan) dan pada musim kering/kemarau mereka bergantung ke air telaga untuk mengairi tanah pertanian dan ternaknya. Di wilayah Gunungkidul terdapat 2 tipe hutan yaitu Hutan Rakyat (tanah desa) dan kawasan hutan negara yang sebagian ada yang dikelola masyarakat dengan skema hutan kemasyarakatan atau biasa disebut Hkn. 20 desa yang tersebar di kecamatan Pathuk, Nglipar, Paliyan, Playen, Panggang, Saptosari, dan Semanu menjadi lokasi yang dipilih untuk penanaman tanaman buah tersebut. Lokasi ini dipilih karena sudah ada embrio kelompok yang akan diberi tanggung jawab untuk mengelola di masing-masing kecamatan tersebut.
“Semoga apa yang kita lakukan berlanjut di masa yang akan datang, baik dari inisiatif masyarakat, swadaya maupun melalui inisiatif dan dukungan dari pemerintah daerah”, Amin Budiarjo menambahkan di akhir sambutannya.
Dikutip dari sumber