IBI dan Timurasa, MAP yang memperkuat Bisnis Perhutanan Sosial
|
Bisnis produk yang dihasilkan dari pengelolaan perhutanan sosial oleh masyarakat lokal selama ini memiliki persoalan pada aspek pemasaran dan kualitas produk. Produk yang yang diperdagangakan oleh pasar cenderung belum dapat menghasilkan manfaat yang optimal. Ini disebabkan lemahnya akses pemasaran dan juga kualitas produk yang belum baik.
Dengan latar belakang itulah kemudian muncul beberapa Market Access Player/MAP, di antaranya adalah IBI dan Timurasa. Saat ini, IBI konsentrasi pada produk hasil hutan kayu di Pulau Jawa. Sementara, Timurasa konsentrasi pada produk olahan hasil hutan bukan kayu di Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, seperti: kacang kenari, pala, dan cengkeh.
Inisiasi kerjasama keduanya difasilitasi oleh Multistakeholder Forestry Programme Phase 4 (MFP4). “Ke depan, diharapkan produk-produk yang dihasilkan dalam kawasan perhutanan sosial dapat diolah dan dipasarkan secara lebih luas, bahkan dapat di-ekspor ke manca negara. Untuk itu, penjajagan produk unggulan perlu dilakukan saat ini dengan Timurasa,” kata Pak Yoyok selaku direktur IBI. Ditambahkan, bahwa kerjasama ini adalah dalam rangka memperkuat kapasitas pada IBI dan Timurasa dengan keunggulan pengalaman bisnis pada masing-masing pihak tersebut.
Dalam kesempatan itu hadir Bapak Martin Kreshna dan Bapak Eardi dari Timurasa, serta Bapak Rohni Sanyoto selaku Direktur Eksekutif Javlec Indonesia. Kesempatan pertemuan- pada 25 Juni 2021 di Kafe Rakopiran, Yogyakarta- tersebut sebagai awal untuk membuka peluang-peluang baru dalam upaya memperkuat bisnis produk-produk perhutanan sosial.