Tim Javlec Lakukan Riset Lapangan Terkait Ketahanan Pangan di Kabupaten Gunungkidul
|Sebagai tindak lanjut dari kegiatan workshop ketahanan pangan yang dilakukan di Taman Tekhnologi Pertanian pada 10 Januari 2019 lalu, Tim Javlec Indonesia memperdalam informasi dengan melakukan riset/penelitian lapangan terkait dengan ketahanan pangan di Kabupaten Gunungkidul. Kegiatan riset ini dilakukan di 6 (enam) Desa yang dijadikan sampel, diantaranya adalah Desa Putat, Desa Kedungpoh, Desa Pacarejo, Desa Jepitu, Desa Monggol, Desa Banyusoco. Keenam desa tersebut dianggap mewakili kewilayahan di gunungkidul yang berupa lahan datar maupun lahan lereng, yang mana kegiatan pertanian di gunungkidul dilakukan.
Dalam pengambilan data, informan dikelompokan kedalam beberapa item diantaranya adalah petani yang memiliki lahan, petani miskin/buruh tani, non petani dan para pihak. Dalam menggali informasi, setiap informan dan narasumber di berikan pertanyaan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan data dalam penelitian/riset ini. Kegiatan pengambilan data dilakukan dengan cara Focus Group Discussion/FGD dan wawancara langsung dengan masyarakat maupun para pihak terkait.
Kegiatan pengambilan data melalui FGD khusus untuk informan maupun narasumber petani yang memiliki lahan. Sedangkan petani miskin/buruh tani, non petani dan para pihak pengambilan data dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada masyarakat. Dalam riset lapangan tersebut ditemukan fakta fakta menarik terkait pertanian di Kabupaten Gunungkidul. Fakta pertanian pada lahan pegunungan/bukit misalnya, seperti yang ada di Batur dalam satu tahun bisa 2 kali panen akan tetapi abapila terdapat sumberdaya air yang berlebih bisa sampai 3 kali panen dalam satu tahun. Pasalnya kondisi wilayah di dusun batur, dekat dengan sumber mata air di areal bukit sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengaliri persawahan warga melalui saluran paralon, akan tetapi memang apabila pada musim kemarau panjang sumber mata air tersebut terkadang kering sehingga berdampak pula pada pertanian warga.
Namun, pada lahan pertanian yang jauh dari sumber mata air dan aliran sungai, masyarakat hanya mengandalkan sumber air dari air hujan, dengan demikian masyarakat akan bertani ketika musim hujan tiba, sehingga produktivitas pertanianya tergantung lama atau tidaknya hujan yang turun. Lahan pertanian seperti ini biasa disebut lahan pertanian tadah hujan. Pada lahan pertanian tadah hujan ini tidak ada saluran irigasi maupun sumber mata air yang bisa digunakan untuk kebutuhan pertanian. Petani biasanya dalam satu tahun hanya bisa panen 1 kali saja, akan tetapi apabila terdapat hujan yang lama bisa panen sampai 2 kali dalam satu tahun.
Sedangkan pada lahan pertanian di dekat aliran sungai khusus di Desa Putat, memiliki produktivitas lahan yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari hasil pertanian warga masyarakat ada yang sampai 40 karung gabah dalam sekali panen, sedangkan masyarakat dapat melakukan panen padi dalam satu tahun bisa mencapai 3 kali panen. Rata-rata satu karung kabah dapat menghasilkan 25 Kg beras. Apabila sekali panen mencapai 40 karung, maka masyarakat hasil beras yang dihasilkan masyarakat bisa mencapai 1000 Kg atau 1 Ton. Akan tetapi memang tidak semua masyarakat yang dapat menghasilkan sebanyak itu, karena hal tersebut tentu juga di pengaruhi luasan lahan yang ditanam oleh petani.
Riset ini selain untuk mengetahui kondisi pertanian masyarakat di kabupaten gunungkidul juga menggali informasi terkait produksi dan konsumsi masyarakat digunungkidul. Hasil dari riset ini juga akan di integrasikan dengan peta Tata Ruang Desa yang telah disusun pada Desa Banyusoco, Putat, Kedungpoh, Monggol, Jepitu dan Pacarejo. Dalam hal ini, peta tata ruang desa untuk melihat seberapa luas lahan pertanian dengan jumlah luas pemukiman yang ada di desa tersebut (Ipin).