Membuka Kembali Catatan Perhutanan Sosial
Menuai Hasil dalam Keindahan Wanawisata Kalibiru
“Keberhasilan masyarakat sekitar dalam membangun, mengelola, dan memasarkan Wanawisata Kalibiru patut untuk acungi jempol. Berlokasi di kawasan hutan kemasyaraktan di fungsi hutan lindung seluas 29 hektare, Kelompok Tani Hutan Mandiri memulai upaya membangun wanawisata sejak tahun 2003 dan memperoleh hasil pada tahun 2010.”
Berbeda dengan kawan-kawannya di hutan kemasyarakatan fungsi produksi, Kelompok Tani Hutan “Mandiri” dapat dikatakan lebih beruntung. Sejak dibukanya kawasan wanawisata Kalibiru, kelompok ini dapat meraup keuntungan finansial yang lumayan besar. Hampir 2 milyar rupiah per tahun dapat dihasilkan dari bisnis komunitas tersebut.
Kalibiru yang sekarang ramai dipenuhi pengunjung itu tidak lepas dari perjuangan petani hutan dalam mencari peluang. Selain itu, tentunya swadaya masyarakat menjadi modal awal untuk bangkit dan memulai usaha.
Dukungan pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam bentuk pembangunan sarana prasarana pendukung, tentunya ikut andil dari keindahan Kalibiru sekarang ini. Semua itu dapat dilihat dengan adanya pengerasan jalan, pembangunan joglo, pembangunan taman, dan lain sebagainya.
Tak lepas dari itu, dukungan promosi turut mempengaruhi jumlah pengunjung wisatawan yang menikmati Kalibiru. Ditambah dengan kerjasama pihak ketiga (investor) dalam membangun spot-spot foto. Kerjasama yang saling menguntungkan, dengan sistem bagi hasil.
Namun tetap saja, yang namanya bisnis komunitas pasti ada kendala-kendala internal yang dihadapi. Jika tidak dikelola secara transparan dan sumberdaya manusia yang terampil tentu akan semakin berat menjalankan bisnis komunitas. Apalagi dengan pemasukan hasil rupiah yang besar.
Memang keindahan paronama Kalibiru dan hamparan bentang alam Waduk Sermo, mampu menggerakkan roda perekonomian bagi masyarakat sekitarnya. Dalam balutan bisnis komunitas, kerukunan masyarakat dan kerja keras bersama memelihara hutan, memanfaatkan hutan, dan memberikan manfaaat ekonomi.